Hidup disini, di himapala
itu nano nano, berbagai macam rasa bisa kita rasakan, sedih, bahagia, marah,
benci, sebel, salut, iri, emosi, takut, senang, lega, hawatir, bangga begitulah
campur aduknya begitu juga dengan karakter yang ada di dalamnya, seperti gado-
gado. Berbagai warna seperti pelangi berwarna- warni indah yang saling
melengkapi satu sama lain. Ya perumpamaan ini sepertinya tepat sekali. Pelangi
indah karena komposisi warnya, bukan hanya karena satu warna, tapi karena
gabungan beberapa warna yang bersatu padu menjadi hiasan langit biru. Begitulah
karakter satu persatu orang yang menopang batang tubuh himapala. Ada yang
rajin, ada yang malas, ada yang pintar, ada yang cekatan, ada yang suka
menghibur, ada yang susah berbaur, ada yang suka marah- marah, ada yang suka
ngambek, ada yang merasa unggul, ada juga yang pemalu, ada yang asal ngikut,
ada juga yang suka ngeyel, semuanya bercampur menjadi satu dalam gelak tawa.
Organisasi memang butuh
seorang pemikir, tak bisa dipungkiri hal itu. Tak menjadi jaminan ketika
anggota kita banyak namun krisis pemikir, semuanya adalah anggota tipe pekerja
maka tidak bisa berjalan dengan sukses roda kepengurusan saat itu. Harus
seimbang, ada pemikir, ada pekerja, ada penghibur, semuanya akan saling
melengkapi. Namun kita tak bisa berfikir secara ideal, keadaan tak akan
menyesuaikan dengan kita, kita lah yang harus menyesuaikan dengan keadaan
karena kita sebagai manusia yang lebih bisa fleksibel dan dinamis menyesuaikan
dengan perubahn zaman dan era yang sedang berkembang
Permasalahan- permasalahan
yang kita hadapi di Himapala sebenarnya adalah permasalahan yang umum terjadi
di organisasi lain, masalah anggota, komunikasi, keaktifan, komitmen, perbedaan
pendapat, dana, waktu, sikap, dan loyalitas anggota. Kita adalah organisasi
besar yang seharusnya sudah melambung dan membumbung tinggi ke angkasa
menggapai prestasi. Namun sering kali kita terjerat dalam permasalahan intern
yang menghalangi kita untuk berkembang. Silang pendapat itu sudah biasa namun
kita harus punya mental yang sportif untuk berpendapat, tidak mengedapankan ego
sehingga lupa tujuan utama untuk bersinergi mewujudkan cita- cita, terkadang
kita lupa bahwa pendapat atau pemikiran kita bukan yang paling benar, apalagi
hidup di Himapala adalah miniatur Indonesia, dimana musyawarah mufakat
sangatlah dijunjung tinggi, kita enggan menerima masukan orang lain atau tak
mau mendukung pemikiran orang lain. Seperti yang pernah dikatakan oleh mas Adi
Ruswin “ semua bisa dibicarakan baik- baik kalau untuk Himapala” saya catat
dalam memori saya kata- kata bijak ini.
Untuk bersinergi itu tak
mudah, diperlukan kesadaran untuk mau saling mengisi dan saling memahami. Team
work, menjadi hal yang tak bisa lepas dalam keseharian. Gurauan menjadi hal
yang menambah manis hari- hari kami. Kami bersama di Himapala seperti bersama
saudara sendiri. Tidak ada jaim, sungkan, semua terlihat wujud aslinya, sifat
jelek dan kekurangan tak bisa ditutupi. Karena seking dekatnya kami. Kami
memnag bukan sanak saudara atau kerabat namun kami seperti saudara sedarah.
Jika ada yang sedih maka semua juga merasakannya, jika ada yang senang juga
semua merasakannya. Ada stilah yang menjadi gurauan kami. “Jika ada teman
senang maka kita ikut senang, jika ada teman yang susah maka kita tambah
senang” begitulah kami membangun team
work. Mungkin bagi orang lain yang tak mengenal kehidupan Himapala, keseharian
kami terasa aneh.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !